PEDOMAN EJAAN BAHASA INDONESIA
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
I. Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.Huruf | Nama | Huruf | Nama | Huruf | Nama |
A a | a | J j | je | S s | es |
B b | be | K k | ka | T t | te |
C c | ce | L l | el | U u | u |
D d | de | M m | em | V v | fe |
E e | e | N n | en | W w | we |
F f | ef | O o | o | X x | eks |
G g | ge | P p | pe | Y y | ye |
H h | ha | Q q | ki | Z z | zet |
I i | i | R r | er |
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.Huruf Vokal | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
a | api | padi | lusa |
e* | enak | petak | sore |
emas | kena | tipe | |
i | itu | simpan | murni |
o | oleh | kota | radio |
u | ulang | bumi | ibu |
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.Huruf Konsonan | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
b | bahasa | sebut | adab |
c | cakap | kaca | – |
d | dua | ada | abad |
f | fakir | kafir | maaf |
g | guna | tiga | balig |
h | hari | saham | tuah |
j | jalan | manja | mikraj |
k | kami | paksa | sesak |
– | rakyat* | bapak* | |
l | lekas | alas | kesal |
m | maka | kami | diam |
n | nama | anak | daun |
p | pasang | apa | siap |
q** | Quran | Furqan | – |
r | raih | bara | putar |
s | sampai | asli | lemas |
t | tali | mata | rapat |
v | varia | lava | – |
w | wanita | hawa | – |
x** | xenon | – | – |
y | yakin | payung | – |
z | zeni | lazim | juz |
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.Huruf Diftong | Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
ai | ain | syaitan | pandai |
au | aula | saudara | harimau |
oi | – | boikot | amboi |
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.Gabungan Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata | ||
Di Awal | Di Tengah | Di Akhir | |
kh | khusus | akhir | tarikh |
ng | ngilu | bangun | senang |
ny | nyata | hanyut | – |
sy | syarat | isyarat | arasy |
F. Pemenggalan Kata
1. | Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut: | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. | Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Dia mengantuk. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai. |
|||||||||||||||||||
2. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya. “Besok pagi,” kata Ibu, “Dia akan berangkat”. |
|||||||||||||||||||
3. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. |
|||||||||||||||||||
4. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. |
|||||||||||||||||||
5. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. |
|||||||||||||||||||
6. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
mesin diesel 10 volt 5 ampere |
|||||||||||||||||||
7. | Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan |
|||||||||||||||||||
8. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. |
|||||||||||||||||||
9. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat pergi ke arah tenggara |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon |
|||||||||||||||||||
11. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
menjadi sebuah republik beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menurut undang-undang yang berlaku |
|||||||||||||||||||
12. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian |
|||||||||||||||||||
13. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”. |
|||||||||||||||||||
14. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||
15. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?” Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang. Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. |
|||||||||||||||||||
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. | |||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. |
|||||||||||||||||||
16. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. | ||||||||||||||||||
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. |
B. Huruf Miring
1. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. |
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya |
|
2. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. |
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. |
|
3. | Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. |
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’. |
|
Tetapi: Negara itu telah mengalami empat kudeta. |
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
III. Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. |
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal. |
B. Kata Turunan
1. | Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. | Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
(1) | Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). |
Misalnya:
|
|
(2) | Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. |
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. |
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. |
Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra |
D. Gabungan Kata
1. | Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. |
Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat. | |
2. | Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. |
Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda | |
3. | Gabungan kata berikut ditulis serangkai. |
Misalnya: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam |
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. |
H. Partikel
1. | Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. |
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? |
|
2. | Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. |
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan. Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. |
|
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. |
|
3. | Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. |
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp 2.000 per helai. |
I. Singkatan dan Akronim
1. | Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
- Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
- Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J. Angka dan Lambang Bilangan
1. | Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Angka digunakan untuk menyatakan: (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. | Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5. | Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut: | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
IV. Penulisan Huruf Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
- Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
- Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.aa (Belanda) menjadi a | ||
paal baal octaaf |
pal bal oktaf |
|
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e | ||
aerobe aerodinamics |
aerob aerodinamika |
|
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e | ||
haemoglobin haematite |
hemoglobin hematit |
|
ai tetap ai | ||
trailer caisson |
trailer kaison |
|
au tetap au | ||
audiogram autotroph tautomer hydraulic caustic |
audiogram autotrof tautomer hidraulik kaustik |
|
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k | ||
calomel construction cubic coup classification crystal |
kalomel konstruksi kubik kup klasifikasi kristal |
|
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s | ||
central cent cybernetics circulation cylinder coelom |
sentral sen sibernetika sirkulasi silinder selom |
|
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k | ||
accomodation acculturation acclimatization accumulation acclamation |
akomodasi akulturasi aklimatisasi akumulasi aklamasi |
|
cc di muka e dan i menjadi ks | ||
accent accessory vaccine |
aksen aksesori vaksin |
|
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k | ||
saccharin charisma cholera chromosome technique |
sakarin karisma kolera kromosom teknik |
|
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s | ||
echelon machine |
eselon mesin |
|
ch yang lafalnya c menjadi c | ||
check China |
cek Cina |
|
ç (Sanskerta) menjadi s | ||
çabda çastra |
sabda sastra |
|
e tetap e | ||
effect description synthesis |
efek deskripsi sintesis |
|
ea tetap ea | ||
idealist habeas |
idealis habeas |
|
ee (Belanda) menjadi e | ||
stratosfeer systeem |
stratosfer sistem |
|
ei tetap ei | ||
eicosane eidetic einsteinium |
eikosan eidetik einsteinium |
|
eo tetap eo | ||
stereo geometry zeolite |
stereo geometri zeolit |
|
eu tetap eu | ||
neutron eugenol europium |
neutron eugenol europium |
|
f tetap f | ||
fanatic factor fossil |
fanatik faktor fosil |
|
gh menjadi g | ||
sorghum | sorgum | |
gue menjadi ge | ||
igue gigue |
ige gige |
|
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i | ||
iambus ion iota |
iambus ion iota |
|
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i | ||
politiek riem |
politik rim |
|
ie tetap ie jika lafalnya bukan i | ||
variety patient efficient |
varietas pasien efisien |
|
kh (Arab) tetap kh | ||
khusus akhir |
khusus akhir |
|
ng tetap ng | ||
contingent congress linguistics |
kontingen kongres linguistik |
|
oe (oi Yunani) menjadi e | ||
oestrogen oenology foetus |
estrogen enologi fetus |
|
oo (Belanda) menjadi o | ||
cartoon proof pool |
kartun pruf pul |
|
oo (vokal ganda) tetap oo | ||
zoology coordination |
zoologi koordinasi |
|
ou menjadi u jika lafalnya u | ||
gouverneur coupon contour |
gubernur kupon kontur |
|
ph menjadi f | ||
phase physiology spectograph |
fase fisiologi spektograf |
|
ps tetap ps | ||
pseudo psychiatry psychosomatic |
pseudo psikiatri psikosomatik |
|
pt tetap pt | ||
pterosaur pteridology ptyalin |
pterosaur pteridologi ptialin |
|
q menjadi k | ||
aquarium frequency equator |
akuarium frekuensi ekuator |
|
rh menjadi r | ||
rhapsody rhombus rhythm rhetoric |
rapsodi rombus ritme retorika |
|
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk | ||
scandium scotapia scutella sclerosis scriptie |
skandium skotapia skutela sklerosis skripsi |
|
sc di muka e, i, dan y menjadi s | ||
scenography scintillation scyphistoma |
senografi sintilasi sifistoma |
|
sch di muka vokal menjadi sk | ||
schema schizophrenia scholasticism |
skema skizofrenia skolastisisme |
|
t di muka i menjadi s jika lafalnya s | ||
ratio action patient |
rasio aksi pasien |
|
th menjadi t | ||
theocracy orthography thiopental thrombosis methode |
teokrasi ortografi tiopental trombosis metode |
|
u tetap u | ||
unit nucleolus structure institute |
unit nukleolus struktur institut |
|
ua tetap ua | ||
dualisme aquarium |
dualisme akuarium |
|
ue tetap ue | ||
suede duet |
sued duet |
|
ui tetap ui | ||
equinox conduite |
ekuinoks konduite |
|
uo tetap uo | ||
fluorescein quorum quota |
fluoresein kuorum kuota |
|
uu menjadi u | ||
prematuur vacuum |
prematur vakum |
|
v tetap v | ||
vitamin television cavalry |
vitamin televisi kavaleri |
|
x pada awal kata tetap x | ||
xanthate xenon xylophone |
xantat xenon xilofon |
|
x pada posisi lain menjadi ks | ||
executive taxi exudation latex |
eksekutif taksi eksudasi lateks |
|
xc di muka e dan i menjadi ks | ||
exception excess excision excitation |
eksepsi ekses eksisi eksitasi |
|
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk | ||
excavation excommunication excursive exclusive |
ekskavasi ekskomunikasi ekskursif eksklusif |
|
y tetap y jika lafalnya y | ||
yakitori yangonin yen yuan |
yakitori yangonin yen yuan |
|
y menjadi i jika lafalnya i | ||
yttrium dynamo propyl psychology |
itrium dinamo propil psikologi |
|
z tetap z | ||
zenith zirconium zodiac zygote |
zenith zirkonium zodiak zigot |
Konsonan ganda
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.Misalnya:
gabbro accu effect commision ferrum solfeggio |
gabro aki efek komisi ferum solfegio |
tetapi: | |
mass | massa |
Catatan
- Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
- Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Akhiran asing
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at | ||
advokaat | advokat | |
-age menjadi -ase | ||
percentage etalage |
persentase etalase |
|
-al, -eel (Belanda) menjadi -al | ||
structural, structureel formal, formeel normal, normaal |
struktural formal normal |
|
-ant menjadi -an | ||
accountant informant |
akuntan informan |
|
-ary, -air (Belanda) menjadi -er | ||
complementary, complementair primary, primair secondary, secundair |
komplementer primer sekunder |
|
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si | ||
action, actie publication, publicatie |
aksi publikasi |
|
-eel (Belanda) menjadi -el | ||
ideëel materieel moreel |
ideel materiel morel |
|
-ein tetap -ein | ||
casein protein |
kasein protein |
|
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika | ||
logic, logica phonetics, phonetiek physics, physica dialectics, dialektica technique, techniek |
logika fonetik fisika dialektika teknik |
|
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik | ||
electronic, electronisch mechanic, mechanisch ballistic, ballistisch |
elektronik mekanik balistik |
|
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is | ||
economical, economisch practical, practisch logical, logisch |
ekonomis praktis logis |
|
-ile, iel menjadi -il | ||
percentile, percentiel mobile, mobiel |
||
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme | ||
modernism, modernisme communism, communisme |
modernisme komunisme |
|
-ist menjadi -is | ||
publicist egoist |
publisis egois |
|
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if | ||
descriptive, descriptief demonstrative, demonstratief |
deskriptif demonstratif |
|
-logue menjadi -log | ||
catalogue dialogue |
katalog dialog |
|
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi | ||
technology, technologie physiology, physiologie analogy, analogie |
teknologi fisiologi analogi |
|
-loog (Belanda) menjadi -log | ||
analoog epiloog |
analog epilog |
|
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid | ||
hominoid, hominoide anthropoid, anthropoide |
hominoid anthropoid |
|
-oir(e) menjadi -oar | ||
trottoir repertoire |
trotoar repertoar |
|
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir | ||
director, directeur inspector, inspecteur amateur formateur |
direktur inspektur amatir formatur |
|
-or tetap -or | ||
dictator corrector |
diktator korektor |
|
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas | ||
university, universiteit quality, qualiteit |
universitas kualitas |
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur | ||
structure, struktuur premature, prematuur |
struktur prematur |
V. Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
|
B. Tanda Koma (,)
1. | Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. |
Misalnya:
|
|
3a. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. |
Misalnya:
|
|
3b. | Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. |
Misalnya:
|
|
4. | Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. |
Misalnya:
|
|
5. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. |
Misalnya:
|
|
6. | Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.) |
Misalnya:
|
|
7. | Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. |
Misalnya:
|
|
8. | Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. |
Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. | |
9. | Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. |
Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. | |
10. | Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. |
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. |
|
11. | Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. |
Misalnya:
12,5 m Rp12,50 |
|
12. | Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.) |
Misalnya
|
|
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. | |
13. | Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. |
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. |
|
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. |
|
14. | Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. |
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya. |
[sunting] C. Tanda Titik Koma (;)
1. | Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. |
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. | |
2. | Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. |
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”. |
D. Tanda Titik Dua (:)
1a. | Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. | |||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
1b. | Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan | |||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
2. | Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. | |||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
3. | Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. | |||||||||
Misalnya: | ||||||||||
|
||||||||||
4. | Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. |
|||||||||
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yasin:9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968. |
E. Tanda Hubung (–)
1. | Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris. |
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju- ga cara yang baru. |
|
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. | |
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. atau Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. bukan Beberapa pendapat mengenai masalah i- tu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- u beranjak …. |
|
2. | Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. |
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa. Senjata ini merupakan alat pertahan- an yang canggih. |
|
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. | |
3. | Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. |
Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. | |
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. | |
4. | Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. |
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 |
|
5. | Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. |
Misalnya:
|
|
Bandingkan dengan:
|
|
6. | Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap |
Misalnya se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara | |
7. | Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. |
Misalnya: di-smash, pen-tackle-an |
F. Tanda Pisah (—)
1. | Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. |
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. | |
2. | Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. |
Misalnya: Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta. | |
3. | Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. |
Misalnya:
1910—1945 tanggal 5—10 April 1970 Jakarta—Bandung |
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. |
G. Tanda Elipsis (…)
1. | Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. |
Misalnya:
|
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks
dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati …. |
[sunting] H. Tanda Tanya (?)
1. | Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. |
Misalnya:
|
[sunting] I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. |
Misalnya:
|
[sunting] J. Tanda Kurung ((…))
1. | Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. |
Misalnya:
|
|
3. | Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. |
Misalnya:
|
|
4. | Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. |
Misalnya:
|
[sunting] K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. | Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. |
Misalnya:
|
L. Tanda Petik (“…”)
1. | Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. |
Misalnya:
|
|
3. | Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. |
Misalnya:
|
|
4. | Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. |
Misalnya:
|
|
5. | Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. |
Misalnya:
|
Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. |
M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. | Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. |
Misalnya:
|
|
2. | Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.) |
Misalnya:
|
] N. Tanda Garis Miring (/)
1. | Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. | ||||
Misalnya:
No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 tahun anggaran 1985/1986 |
|||||
2. | Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. | ||||
Misalnya:
|
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
Komentar
Posting Komentar